Jembrana memang memiliki banyak hal hal menarik. Termasuk tempat yang akan saya gambarkan ini. Sebenarnya tempatnya tidaklah terlalau istimewa. Tetapi suasananya sangat alami dan sejuk. Ditambah dengan adanya pohon Bunut yang unik. Semua menjadi menarik. Tempat ini dikenal sebagai Bunut Bolong.
Bunut Bolong. Itulah nama tempat yang saya tuju. Letaknya di Desa Manggissari Kecamatan Pekutatan, Jembrana. Dari jalan raya Denpasar Gilimanuk kita menuju 11 km kearah utara. Dinamai Bunut Bolong, karena adanya sebuah Pohon Bunut besar berusia ratusan tahun yang tumbuh tepat di jalan tersebut. Bunut Bolong adalah pohon Bunut yang tumbuh lestari di mana di tengah akar akarnya terdapat jalan raya yang menghubungkan kecamatan Pekutatan dengan Kabupaten Buleleng.Bagian bawah pohon ini, terdapat lubang yang sangat besar. Kendaraan besar semacam bus pun sering melewati lubang ini. Yup, benar sekali. Karena Pohon Bunut ini memiliki lubang besar, makanya kawasan inipun kemudian dinamakan Bunut Bolong.
Pemandangan di sekitar Bunut Bolong sangat indah. Perbukitan dan hutan alami menghijau, membuat setiap orang yang melewati tempat ini akan tergerak hatinya untuk sekedar berhenti menikmati maha karya sang pencipta. Karena seringnya orang berhenti disekitar tempat ini, maka kemudian dibangunlah beberapa tempat beristirahat semacam gazebo di kawasan Bunut Bolong. Dan benar saja, setiap yang lewat, sejenak pasti akan memanfaatkan gazebo ini untuk sekedar melepas lelah ataupun menikmati pemandangan.
Pohon Bunut adalah salah satu pohon yang kerapkali disucikan. Karenanya kita akan menjumpai tempat suci berupa sebuah pura kecil di sisi selatan pohon.
Selengkapnya...
Rabu, 18 November 2009
Bunut Bolong
Selasa, 17 November 2009
Pura Luhur Sri Rambut Sedana
Selain sebagai kawasan pertanian yang lestari, Jatiluwih juga menyimpan peninggalan dari jaman megalitik berupa tahta batu atau bebaturan di sejumlah pura. Salah satunya adalah Pura Luhur Sri Rambut Sedana.
Pura Luhur Sri Rambut Sedana, terletak di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Pura yang terletak di kawasan hutan lindung di lereng Gunung Batukaru ini masih sangat alami. hanya terdapat beberapa pelinggih pemujaan, yang sebagian besar masuh berupa babturan atau tahta batu, yang diyakini merupakan peninggalan tradisi megalitik di jaman perundagian.
Pura yang luasnya kurang lebih 8 are ini, merupakan salah satu stana Ida Btara Rambut Sedana. Dewa Kesejahteraan. Karenanya diyakini bahwa dengan bersembahyang di pura ini, seseorang akan dimudahkan rejeki dan kesejahteraannya.
Di pura yang pujawalinya jatuh pada Buda Wage Klawu ini, masyarakat dilarang sembarangan mengambil kayu atau pepohonan, kecuali untuk kepentingan upacara. karenanya banyak pohon pohon besar yang usianya bahkan telah mencapai ratusan tahun kemudian disucikan. seperti Bunut, Kayu Bukak, Kayu Base, dan Cempaka Kuning.
Selengkapnya...
Museum Subak
Bali sesungguhnya adalah daerah agraris. Masyarakatnyapun pada awalnya sebagian besar adalah petani. Sistem pertanian di Bali yakni Subak, sejak lama telah menjadi inspirasi bagi petani petani didaerah lainnya. Jaman tentu telah berubah. Kini Bali adalah salah satu ikon pariwisata Indonesia bahkan dunia. Ini tentu membawa perubahan pula pada lahan pertanian di Bali yang beralih fungsi. Karenanya, diperlukan sebuah tempat, sebagai wadah pelestarian sistem dan tata cara pertanian Bali. Tempat itu bernama Museum Subak.
Museum Subak, terletak di Desa Sanggulan, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan. Kurang lebih 35 km dari kearah barat Kota Denpasar. Museum ini adalah satu satunya museum pertanian di seluruh dunia. Dipilihnya Tabanan sebagai lokasi dari museum ini karena Tabanan merupakan daerah penghasil beras no 1 di Bali. Karenanya Tabanan pun juga dikenal dengan julukan Daerah Lumbung Beras.
Keberadaan Museum Subak, berawal dari kekhawatiran akan punahnya alat alat dan sistem pertanian di Bali akibat kemajuan teknologi. Sehingga sebelum semua alat alat tersebut hilang dan susah untuk dikumpulkan kembali, maka dirasa perlu adanya sebuah tempat untuk mengoleksi dan melestarikan segala sesuatu yang berhubungan dengan pertanian di Bali dari waktu ke waktu. Jadi, secara keseluruhan, dibangunnya museum subak bertujuan untuk menemukan kembali dan mengumpulkan semua data dan segala sesuatunya mengenai subak, yang memiliki nilai sejarah untuk kepentingan pendidikan, observasi atau penelitian, dokumentasi, serta tentunya sebagai objek rekreasi pariwisata.
Kemenangan Subak Rijasa pada 1979 dalam Supra Insus Nasional (sebuah lomba peningkatan produksi pertanian), telah memberi ide bagi gubernur bali saat itu, Prof.Dr.Ida Bagus Mantra untuk membangun Museum Subak. Museum yang kemudian diresmikan pada 13 oktober 1981 ini terdiri dari 2 bagian yakni museum induk dan museum terbuka.
Pada museum induk, kita akan mendapati beberapa bangunan seperti ruang pameran dan ruang audio visual. Pada ruang pameran ini kita akan menjumpai puluhan koleksi alat-alat pertanian yang digunakan masyarakat Bali dari jaman ke jaman. Alat alat itu meliputi alat bajak atau tenggala, cangkul, sabit, dll. termasuk alat alat persembahyangan yang berhubungan erat dengan aktivitas pertanian.
Mementara pada museum terbuka, Museum Subak Sanggulan dilengkapi dengan contoh contoh irigasi atau sistem pembagian air. mulai dari sumber air hingga bagaimana membaginya melalui temuku, terowongan, dll. semua dibuat nyata dalam sebuah lahan. Museum terbuka ini meliputi miniatur kolam, air terjun, terowongan, persawahan, pura bedugul, dan yang tidak ketinggalan adalah contoh rumah tradisional bali. Lengkap dengan perhitungan menurut asta kosala kosalinya.
Jelasnya, jika anda ingin mengetahui sistem pertanian bali dari berbagai aspeknya, mengunjungi Museum Subak adalah langkah yang tepat. Karena Museum ini menyimpan hampir semua hal hal yang berkaitan dengan pertanian di seluruh bali
Selengkapnya...
Sabtu, 14 November 2009
Pura Tirta Sudamala
Keberadaan pura yang berhubungan dengan air di Bali di percaya membawa berkah baik kemakmuran maupun pembersihan. salah satunya adalah Pura Tirta Sudamala di Desa Bebalang Bangli.
Pura Tirta Sudamala di Desa Bebalang Bangli ini sejak dulu diyakini mampu menciptakan aura pembersihan bagi siapa saja yang mandi dan melukat di pancurannya. Letaknya tidak jauh dari pusat Kota Bangli. Berada di tengah lebatnya pepohonan yang masih sangat alami. Dan untuk mencapainya, kita harus melewati jalanan yang cukup curam. tapi tidak perlu khawatir, karena kondisi jalannya cukup bagus.
Pura Tirta Sudamala, memiliki sejumlah pancuran dengan ukuran dan ketinggian berbeda. Air pancuran berasal dari mata air di sekitar sebuah pohon bunut besar yang telah berusia ratusan tahun. mata air ini tidak pernah kering, meskipun saat sedang musim kemarau.
Aktivitas di Pancuran tentu tidak pernah sepi. karena airnya yang jernih, masyarakat Desa Bebalang dan sekitarnya memanfaatkan air pancuran sebagai air minum. Selain itu sungai yang mengalir jernih di sekitar pancuran, kerap digunakan untuk mandi. Air yang mengalir deras dari pancuran juga sering dimanfaatkan untuk pemijatan.
Pemandangan menarik bisa kita lihat saat Purnama dan Tilem. Pura Tirta Sudamala akan dikunjungi banyak umat hindu dari berbagai daerah untuk melakukan pembersihan fisik dan rohani melalui pengelukatan. Anda tertarik?
Selengkapnya...
Pura Luhur Pucak Adeng
Nama Pura Luhur Pucak Adeng, memang tidak sepopuler pura pura Dang Kahyangan lainnya di Bali. Namun bagi anda umat hindu penyuka perjalanan spiritual alias tirta yatra, bisa menjadikan pura yang terletak di puncak Bukit Adeng ini sebagai salah satu tujuan persembahyangan anda.
Pura Luhur Pucak Adeng terletak di puncak Bukit Adeng, di Desa Penebel Kabupaten Tabanan. Kerana letaknya diatas ketinggian yakni kurang lebih 700 m diatas permukaan laut, maka hawanya pun terasa lumayan sejuk. namun untuk mencapainya, kita harus mengerahkan ekstra energi untuk mendaki bukit. melewati jalan setapak, ditengah lebatnya hutan lindung kawasan gunung Batukaru. perluwaktu nyaris 2 jam untuk mencapai areal pura.
Terdapat beberapa pura di kawasan pura Luhur Pucak Adeng. Meliputi Pura Puseh, Pura Dalem Dasar, Pura Beji, Pura Penataran Pucak Adeng, dan pura Pucak Anyar. Nyaris semua pelinggih di areal pura masih berupa bebaturan atau tahta batu, yang diselimuti tebalnya lumut.
Suasana di sekitar Pura Luhur Pucak Adeng masih sangat alami. sesekali kita akan mendengar riuhnya suara kera dan burung liar yang saling bersahutan. selain itu di kawasan ini juga terdapat banyak pepohonan yang dilindungi karena kelangkaannya. Masyarakat yang datang tentu dilarang mengambil flora dan fauna di kawasan yang dilindungi ini.
Sebuah informasi tambahan untuk anda, karena hutan di kawasan Bukit Adeng masih sangat alami dan lembap, persiapkan diri anda, karena binatang penghisap darah sejenis pacet, sangat banyak di lokasi ini. selamat Bertirta yatra... :))
Selengkapnya...
Penangkaran Menjangan
Menjangan adalah salah satu hewan yang keberadaannya mulai langka. selain habitatnya yang mulai berkurang, manusia juga senang menjadikan menjangan sebagai hewan buruan. Karenanya, sangat bagus apabila kemuadian ada pihak yang berinisiatif untuk menangkarkan hewan ini.
Sudah sejak beberapa tahun terakhir ini Ida Bagus Komang Rai menangkarkan menjangan. hingga saat ini terdapat kurang lebih 11 menjangan dari jenis menjangan bali dan timorenses
Menurut penangkarnya, menjangan ini dulunya merupakan sumbangan pemberian gubernur Bali kala itu, Dewa Made Berata. Kini, perawatan dalam penangkaran menjangan tersebut dikerjakan sendiri oleh Ida Bagus Komang Rai dibantu keluarganya. Menjangan diberi makanan berupa rumput dan tanaman yang dapat diperoleh dari sekitar tempat penangkaran di Dusun Palungan Batu, Desa Batu Agung Negara, Jembrana.
Selain untuk melestarikan keberadaan Menjangan sebagai hewan langka, penangkaran juga ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan sarana upacara keagamaan di Bali. Banyak masyarakat yang memerlukan hewan kurban menjangan datang ke tempat ini. Biasanya mereka memberi sejumlah uang pengganti kepada Ida Bagus Komang Rai.
Namun sayang, keterbatasan biaya perawatan, memyebabkan kondisi kandang tampak mulai tidak terawat. menurut pengakuan Ida Bagus Komang Rai, tak jarang menjangan menjangan ini berusaha melepaskan diri dari kandang yang terbuat dari kawat tersebut.
Selengkapnya...
Kamis, 12 November 2009
Kertagosa
Kerta Gosa terletak dipusat ibu kota Klungkung Semara pura. Kurang lebih 40 km kearah timur kota Denpasar. Kertagosa dimasa lalu bertalian erat dengan situasi keamanan, kemakmuran serta keadilan di wilayah kerajaan Bali.
Sejarah keberadaan Kerta Gosa, hanya tertulis pada sebuah Chandra Sangkala yang terpahat pada pintu kori agung alias pemedalan agung puri kerta gosa. Chandra sangkala ini menunjukkan bahwa kerta gosa dibangun pada tahun 1622 caka atau 1700 masehi saat pemerintahan raja I Dewa Agung Jambe
Objek Kerta Gosa sendiri meliputi 3 bangunan yakni Balai Kerta Gosa, Bali Gili atau Balai Kambang, serta pemedalan agung.
Balai Kerta Gosa sendiri merupakan pusat dari objek ini. Balai Kerta Gosa di masa kerajaan, berfungsi sebagai tempat bersidangnya raja raja bawahan diseluruh bali. Selain itu, di balai kerta gosa ini pulalah raja bersantap bersama para pendeta istana dan pendeta lainnya bila menghadap raja. Juga sebagai tempat menjamu tamu bangsawan asing, seperti belanda, inggris, portugis, dan cina.
Namun sejak keraton jatuh akibat perang puputan melawan Belanda, pada 28 april 1908, terjadi perubahan fungsi pada bangunan Balai Kerta Gosa. Hingga akhir pemerintahan belanda, Balai ini dijadikan balai pengadilan adat.
Pada Balai Kerta Gosa terdapat sebuah meja berukir keemasan, dan enam buah kursi. Kursi yang pada lengannya terdapat tanda singa adalah tempat duduk raja sebagai hakim ketua. Sedangkan kursi yang lengannya bertanda lembu, diperuntukkan bagi ahli hokum dan penasehat raja. Sementara kuri berlambang naga adalah tempat para panitera. Orang orang yang diadili akan duduk bersila di lantai.
Terkadang kontrolir alias pejabat tinggi belanda setempat ikut hadir dalam siding bila perkaranya dianggap khusus.
Yang sangat menarik pada Balai Kerta Gosa ini adalah adanya lukisan kuno wayang kamasan. Lukisan wayang pada balai kerta gosa menggambarkan keadaan roh roh di akhirat. Ceritanya diambil dari kisah Bima Swarga
Lukisan wayang Kamasan pada Langit langit Balai kerta gosa terbagi ke dalam beberapa bagian. Meliputi : Petak terbawah adalah cerita Tantri Kandaka. Berkisah tetang tipu muslihat dalam kehidupan masyarakat.
Petak II dan III adalah ceritera Atma Prasangga. Cerita ini mengisahkan bagaimana penderitaan roh di neraka yang dihukum berdasarkan perbuatannya masing masing di dunia.
Selanjutnya Petak ke IV adalah cerita Sang Garuda mencari Tirta Amerta, dari kisah Adi Parwa. Kurang lebih sebagai symbol betapa sulitnya mencari sumber kehidupan didunia ini.
Terakhir petak ke V adalah cerita pelelindon atau gempa. Gempa saat itu adalah sebuah ramalan yang sangat berarti bagi masyarakat dan pemerintahan pada suatu bangsa.
-----
Selain balai kerta gosa, terdapat pula sebuah balai gili atau balai kambang di areal objek sejarah Kertagosa. Dijaman dahulu, Balai gili juga merupakan bagian tak terpisahkan dari puri samara pura klungkung. Diberi nama Gili, karena keberadaannya yang ditengah tengah gili atau kolam buatan. Sebenarnya di jaman dulu, balai gili atau balai kambang ini bentuknya tidak seperti saat ini. Ukurannya lebih kecil, dan tiang penyanggapun jumlahnya sangat sedikit. Tempat ini digunakana sebagai tempat berkumpulnya para punggawa kehormatan istana. Namun selanjutnya menjadi tempat pelaksanaan upacara manusa yadnya keluarga puri.
Balai gili atau balai kambang ini berarsitektur tradisional bali. Dibangun beralaskan kura kura raksasa, sementara diatas tembok pembatasnya di bangun patung para dewa dan raksasa.
Seperti halnya Balai kertagosa, pada langit langit atapnya juga tergambar lukisan wayang kamasan . bedanya, lukisan wayang di balai gili searah jarum jam menggambarkan pelelintangan dan kehidupan sehari hari kala itu.
Petak pertama, paling bawah adalah cerita pelelintangan, alias nasib seserorang berdasarkan ahri kelahiran. Gambar ini misalnya. Menunjukkan seseorang digigit anjing. Ini adalah gambaran seseorang yang lahir pada selasa pon, dengan bintang anjing. Artinya orang yan lahir pada hari tersebut berwatak satria, berbakat memimpin dan di segani…begitulah kira-kira. Masih banyak lagi gambar serupa di petak yang sama.
Petak II selanjutnya mengisahkan ceritera pan Brayut. Sebuah dongeng kanak kanak tentang sepasang suami istri beranak 18
Petak III, IV.V dan VI adalah cerita Sutasoma, karya pujangga kenamaan Mpu Tantular, di masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk pada jaman kerajaan Majapahit tahun 1365
--------------
Bangunan ketiga yang menjadi daya tarik di areal kerta gosa adalah sebuah kori agungatau pemedalan agung. Inilah jejak yang tersisa dari kemegahan istana kerajaan klungkung dimasa lampau. Istananya sendiri telah hancur akibat perang dahsyat melawan belanda pada 28 april 1908. perang ini kemudian dikenal sebagai Perang Puputan Klungkung.
Kerta Gosa saat ini masih berada dalam kondisi cukup baik. Namun tentunya perlu perhatian serius dari pemerintah maupun pihak terkait untuk kelestariannya. Apalagi saat ini kerta gosa dibuka untuk umum sebagai salah satu daya tarik pariwisata klungkung.
Sebagai sebuah objek cagar budaya, kertagosa akan memberi banyak kontribusi pada pengetahuan sejarah Bali pada khususnya. Karenanya tentu akan sagat bijak apabila semua tindakan yang diambil demi mempertahankan objek ini haruslah melalui bermacam pertimbangan khusus. Karena Kerta Gosa adalah rekam jejak sejarah bali.
Selengkapnya...