Sabtu, 29 Agustus 2009

Brahma Vihara Arama

Selama ini orang lebih banyak mengenal Bali identik dengan Hindu. Tidak banyak yang menaruh perhatian bahwa bali memiliki komunitas lain yang hidup rukun berdampingan dengan masyarakat hindu, yakni Budha. Nah kali ini kami akan mengajak anda untuk berkunjung ke salah satu tempat suci umat Budha di Kabupaten Buleleng. Namanya Brahma Vihara Arama.

Brahma Vihara Arama ini terletak di ketinggian perbukitan di desa tegehe kecamatan banjar kabupaten buleleng. Vihara yang memiliki pemandangan indah berupa perbukitan, gunung dan laut lepas ini, merupakan vihara pertama di Bali yang didirikan Bante Girri Rakhito Mahatera. Seorang Bikku keturunan Brahmana di Banjar.

Memasuki Brahma vihara Arama tak ubahnya seperti memasuki sebuah Pura. Karena desainnya sangat disesuaikan dengan arsitektur Bali. Halaman yang terbagi 3 yakni nista, madya dan utama mandala dihubungkan dengan anak tangga yang bertuliskan prinsip-prinsip ajaran budha.

Brahma vihara Arama memiliki sebuah tiruan borobudur dengan 5 stupa di bagian puncak. Saat prayaan hari besar umat budha, maka ribuan orang akan memenuhi tempat ini untuk melakukan pemujaan.

Selain itu, Brahma Wihara Arama juga terkenal sebagai tempat meditasi Vipasana. Meditasi untuk pencerahan. Hampir setiap hari tempat ini didatangi orang orang yang ingin mencapai ketenangan dan pencerahan lewat meditasi.

Tidak ada larangan bagi wanita haid maupun yang memiliki kematian dalam keluarga untuk datang ke Brahma Wihara Arama. Yang lebih menarik, Brahma Vihara Arama terbuka bagi siapa saja asalkan memiliki niat baik untuk mengetahui ajaran budha yang universal.
Selengkapnya...

Tenganan Pegringsingan, Manggis - Karangasem


Desa Tenganan terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Sejak berabad abad, desa tua ini tetap menerapkan sistem pola menetap masyarakat bali aga atau bali asli. sampai saat inipun semua tata cara pengelolaan desa dan kependudukan, masih mengacu pada tradisi yang diwariskan leluhur mereka. Tradisi megalitik sangat erat dengan kehidupan mereka sehari hari.

Desa Tenganan Pagringsingan yang kemudian disebut Pegringsingan saja, adalah sebuah desa kuno yang wilayahnya di bagi tiga yakni perkampungan, daerah Hutan Lindung, dan kawasan pertanian. Di wilayah perkampungan dibuat petak-petak yang sama besar dengan bangunan berbentuk sama pula. Sementara hutan lindung yang mengelilingi perkampungan juga menjadi milik bersama. Semua hasilnya akan menjadi milik adat. Begitu pula tanah pertanian yang tidak bisa menjadi milik pribadi.

Tenganan juga masih memelihara tempat tempat suci, pemujaan, serta adapt istiadat yang berasal dari jaman megalithic. Leluhur orang tenganan dipercaya berasal dari daerah Peneges. Ada beberapa monolit atau candi yang bisa kita temui di Tenganan. Candi atau monolit ini berkaitan dengan cerita asal muasal tenganan .

Keunikan yang bisa dilihat langsung di Tenganan adalah pola menetap masyarakatnya. Perkampungan dikelilingi semacam tembok seperti benteng. Terdapat 4 pintu di empat penjuru mata angin untuk masuk ke wilayah ini. Namun pintu masuk utamanya adalah dari arah selatan, dari desa Pasedahan.

Begitu memasuki tenganan kita akan berhadapan dengan jalan desa yang disebut Awangan. Awangan tersebut berundak undak, semakin keutara semakin tinggi. Ada tiga awangan disini yakni barat tengah dan timur. Awangan ini juga membagi tenganan ke dalam 3 banjar yakni Br kauh, Br Tengah dan Br Kangin atau Br Pande.

Satu kapling perumahan, ditempati oleh satu kepala keluarga. Luas petak sama besar, dan bangunannya pun sama, terdiri dari bale meten, bale tengah, bale bunga, dan paon. Yang menarik, selain memiliki luas yang sama, 1 kapling rumah hanya ada satu pintu keluar yang semuanya menghadap ke awangan.

Di Tenganan, kehidupan penduduk sangat diatur oleh awig-awig desa setempat. Misalnya setiap ada keluarga baru, 3 bulan setelah menikah mereka harus memisahkan diri dari orang tua dan menempati kapling baru yang disiapkn oleh desa. Hingga saat ini pertumbuhan penduduk tenganan sangat stabil. Artinya jumlah kematian dan kelahiran nyaris seimbang.

Sanksi sanksi juga diterapkan bagi mereka yang melaggar ketentuan ketentuan adat. Seperti bagi mereka yang menikah dengan orang luar yang bukan orang tenganan. Baik laki-lakinya yang menikahi perempuan non tenganan maupun perempuan tenganan yang menikahi laki-laki yang bukan asli tenganan. Semua ada sanksinya.

Selain berbeda pola menetap, Tenganan juga memiliki perbedaan dalam menjalankan adat dan ritual keyakinan mereka. Masyarakat Tenganan menyetarakan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan. Desa juga memiliki lembaga legislatif desa yang menjadi peran utama dalam setiap pengambilan keputusan dan pelaksanaan upacara maupun ritul adt tenganan.

Masyarakat Desa Tenganan memiliki beberapa upacara adat dalam setahunnya. Namun yang terbesar adalah pada bulan atau sasih ke 5, yang disebut NGUSABA SAMBAH. Sekitar bulan juni atau juli. Upacara ini merupakan upacara yang merefleksikan seluruh perbuatan selama setahun. Dalam upacara ini terdapat sebuah atraksi yag selanjutnya menjadi salah satu daya tarik Desa Tenganan yakni Perang Pandan atau mekare-kare.

Saat Ngusaba Sambah, semua komponen masyarakat Tenganan terlibat didalamnya. Menurut adat, hanya Truna sebutan bagi remaja pria, yang berperang dengan senjata seikat pandan. Namun karena semangat ingin meramaikan, maka tua maupun anak-anak juga bersemangat mengikuti atraksi ini. Inilah duel lelaki Tenganan. Diiringi tetabuhan suci selonding, Berbekal pandan dan tamiang, mereka siap bertarung dalam sebuah lingkaran. Sasarannya adalah bagian punggung. Namun tidak menutup kemungkinan duri pandan juga akan melukai bagian tubuh lainnya seperti perut dan wajah.

Ketika perang usai, luka akibat pandan tai akan dibaluri semaca boreh sebagai obatnya. Boreh boreh tersebut sebelumnya telah disiapkan oleh para daha- sebutan para gadis tenganan. Ramuan ini diantaranya terdiri dari campuran isen, kunir dan cuka. Perang pandanpun berakhir.

Semua adat dan budaya masih hidup di Tenganan. Pakaian adat salah satunya. Semuanya seragam sehingga nyaris tak ada perbedaan antara satu dengan yang lain. Termasuk kain geringsing yang terkenal itu. Kain kuno yang ditenun secara tradisional ini. Semuanya tetap terjaga rapi.

Meski arus dunia pariwisata menerpa tenganan sejak berpuluh tahun lalu, tenganan secara adat tidak pernah berubah. Para turis, walau diperlakukan layaknya tamu, tak pernah dimintai apa-apa. Masyarakat tenganan tetap beraktivitas seperti biasa, termasuk menjajakan barang-barang seni di areal pekarangan rumahnya masing-masing. Waktu akan terus bergulir.beberapa tahun lagi kita akan kembali ke Tenganan untuk membuktikan, seberapa kuat pertahanan mereka....
Selengkapnya...

Puri Anyar Kerambitan, Kerambitan - Tabanan


Keberadaan Puri Anyar Kerambitan, tidak terlepas dari kisah Kerajaan Tabanan dan Puri Gede Kerambitan. Raja Tabanan ke XII yang bergelar Si Magada Sakti, karena lama tak memiliki keturunan berjanji akan mengangkat putra siapapun dari istri-istrinya, yang lahir pertama sebagai penerus kerajaan Tabanan. Putra pertama akhirnya lahir dari salah seorang selir. Sementara putra berikutnya lahir dari permaisuri. Karena janji, raja pun menetapkan putra dari selir tersebut sebagai penerus tahta. Sedangkan putra mahkota yang lahir dari permaisuri memilih pergi berguru pada seorang pendeta sakti di wilayah Banjar Singaraja Buleleng.

Sekembalinya dari Banjar, Putra mahkota tidak mau tinggal di Kerajaan tabanan. Akhirnya setelah memilih wilayah di Kerambitan, rajapun akhirnya membuatkan istana yang sama dengan istana atau puri agung tabanan, dengan luas wilayah yang hampir sama. Putra mahkota kemudian bergelar Tjokrda Gede Banjar, dan purinya bernama Puri Ageng Kerambitan.

Tjokorda Gde Banjar berputra 2 dari permaisurinya. Putra pertama Ida Tjokrda Gde Selingsing berstana di Puri Ageng, sementara sementara adik beliau, Tjokorda Ngurah Made Dangin mendirikan sebuah puri baru yakni Puri Anyar Krambitan.

Kini dari 5 bersaudara keturunan Tjokorda Ngurah Made Dangin yang menghuni Puri Anyar Kerambitan, tersisa dua saudara kembar yakni AA Ngurah Oka Silagunadha dan AA Ngurah Rai Girigunadi , bersama ibunda beliau AA sagung Raka. Merekalah kini yang bertindak sebagai kepala keluarga atau penglingsir puri.

Struktur Puri Anyar Kerambitan sampai saat ini masih tetap terjaga dan lestari. Puri anyar terbagi kedalam beberapa palebahan. Diantaranya cangkem kodok, bencingah puri, jaba tengah, tandakan puri, Saren, saren Agung, dan pemerajan agung.

Dari jaba tandakan ini, terdapat 3 pintu unuk masuk ke masing asing saren yakni saren kelod, saren kangin, saren kauh, saren tengah dan saren kaja. Jumlah saren ini ditunjukan untuk ke empat istri leluhur Puri Anyar kerambitan yang selanjutnya menurunkan 5 putra yang kemudian masing asing ditempatkan di saren2 tersebut.

Areal suci di Puri anyar kerambitan ini adalah merajan agung. Dengan dekorasi unik yang merpakan ciri khas mrajan2 di tabanan, yakni berupa puring-piring kuno.

Selanjutnya pada 04 Juli 1967, puri anyar kerambitan membuka diri untuk kunjugan wisatawan manca Negara. Apalagi, mengingat Bali dalam perkembagannya bergantung pada dunia pariwisata.tercatat puri anyarlah yang pertama kali membuka pintu puri untuk kepentingan parawisata. Pihak puri tentunya ingin mengenalkan budaya puri pada turis tanpa mengganggu aktivitas dan kelestarian puri.

Untuk mendukung aktivitas kepariwisataan puri, maka dihadirkanlah sejumlah atraksi wisata yang khas, seperti tektekan, okokan, sendratari cetrung, obor dll. Tentunya dengan melibatkan masyarakat disekitar puri. dan ini adalah bagian dari pesan atau amanat dari para leluhur puri.

Puri saat ini memang bukan lgi sebagai pusat kekuasaan. Namun keberadaan puri adalah salah satu tiang penyangga penting bagi kelestarian kebuadayaan Bali. Mengingat, sebagian besar puri puri dibali hingga kini masih setia pada tradisi dan budaya yang diwariskan leluhur mereka. Apalagi masih banyak pula masyarakat yang setia dan percaya bahwa mengabdi pada puri adalah sebuah bentuk penghormatan bagi Leluhur Bali.
Selengkapnya...

Taman Soekasada Ujung - Karangasem


Istana Air Ujung, yang oleh masyarakat setempat disebut Taman Soekasada Ujung terletak di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem. Kurang lebih 5 km arah tenggara Ibu Kota Karangasem, Amlapura. Pemandangan laut jelas terlihat dari sini. Tentu saja, karena selain terletak di ketinggian, taman ujung juga sangat dekat dengan laut.

Taman Soekasada Ujung, yang selanjutnya lebih populer dengan sebutan Taman Ujung dibangun oleh Raja Karangasem terakhir I Gusti Anglurah Ketut Karangasem pada 1910 hingga selesai pada 1921.Taman Ujung dibangun sebagai tempat raja beristirahat, dan menerima tamu-tamu kerajaan kala itu.Kedatangan Belanda ke Indonesia, termasuk ke Bali, sedikit tidaknya telah membawa pengaruh arsitektur eropa pada pembangunan Taman Ujung. Mengingat hubungan Raja Karangasem dengan Belanda kala itu sangat baik. Sehingga raja karangasem kemudian memanfaatkan beberapa penasehat arsitektur asal negeri kincir angin tersebut. Sementara disaat bersamaan pengaruh china juga diadaptasi, mengingat hubungan perdagangan dengan china juga berlangsung baik.

Pengaruh ketiga arsitektur tersebut, masing masing Bali, Belanda, dan China, sangat terlihat pada bangunan-bangunan di areal Taman Ujung ini.Pengaruh Bali jelas nampak pada ornamen-ornamen cerita pewayangan di berbagai sudut bangunan. Sementara bangunan gedung atau bale yang kokoh berbahan beton dan semen adalah ciri arsitektur belanda. Sedangkan beberapa ornamen khas china juga meramaikan arsitekur Taman Ujung.

Terdapat sejumlah bangunan dan kolam di kompleks taman air seluas hampir 6,5 hektar ini. Masing masing bangunan tersebut dulunya tentu memiliki fungsinya masing-masing. diantaranya, bale kambang, bale gili, bale kapal, bale lunjuk, bale bunder dll.

Selain bangunan atau Bale, terdapat pula sejumlah kolam, yang beberapa diantaranya memiliki cerita tersendiri. Ini adalah Kolam Dirah. Kolam yang pertamakali dibangun di areal Taman Ujung. Cerita tentang kolam ini berkaitan dengan siapa yang berstana di kolam ini, yakni Ida Ratu Dirah, ratu dari segala ilmu hitam. Slain kolam Dirah, adapula kolam sakral lainnya, Kolam Manikan. Kola ini berada dalam areal Pura Manikan. Oleh Raja Karangasem, dulunya Pura Manikan digunakan sebagai tempat bermeditasi.

Kemegahan Taman Ujung, sempat rusak akibat meletusnya Gunung Agung tahun 1963, dan kemudian diperparah dengan gempa bumi di tahun 1979. Namun penyelamatan dan revitalisasi telah membawa Taman Ujung kembali ke masa kejayaannya. Oleh pemerintah, Taman Ujung telah diumumkan sebagai object wisata budaya. Mengingat istana air ini merupakan salah satu warisan budaya di kabupaten karangasem.

Kini, Taman Ujung terus berbenah. Selain dibuka untuk umum, pihak pengelola juga membuka taman ujung untuk berbagai acara. Seperti pernikahan, maupun upacara lainnya. Dan ini tentu saja berkaitan dengan pengenalan Taman Ujung kepada masyarakat luas.

Pengelolaan Taman Ujung tetap ada pada keluarga Puri Agung Karangasem. Pemerintah Karangasem sendiri membantu dengan memperkerjakan 20 orang dari masyarakat sekitar Desa Tumbu untuk merawat Istana Air ini. Taman Soekasada Ujung Karangasem merupakan salah satu warisan budaya yang mendapat perhatian serius dari pemerintah bahkan dunia pun mengakui keindahannya.
Selengkapnya...

Puri Gede Karangasem, Amlapura - Karangasem

Salah satu kerajaan terbesar di Bali pada abad 19 adalah Kerajaan Karangasem. Kerajaan Karangasem memiliki beberapa puri yang merupakan pusat kekuasaan untuk mejalankan pemerintahan. Selain sebagai pusat pemerintahan, puri juga merupakan tempat tinggal raja serta para abdi kerajaan.

Salah satu puri yang merupakan peninggalan Kerajan Karangasem adalah Puri Gede Karangasem. Puri Gede Karangasem dibangun sekitar tahun 1700an oleh AA Anglurah Made Karangasem Sakti. Puri Gede Karangasem adalah Puri kedua yang dibangun oleh raja karangasem setelah Puri Kelodan. Sebelum memakai nama puri Gede, Puri ini bernama Puri Kaleran.

Memasuki lingkungan Puri Gede Karangasem, kita akan disambut dengan kori agung yang sangat khas. Ketebalan serta ketinggian dinding kori merujuk pada bentuk bangunan kerajaan Majapahit.

Puri Gede Karangasem semula luasnya sekitar 3 hektar. Kini yang berhasil di selamatkan sekitar 75 persen dari total keseluruhan luas puri. Puri Gede terbagi menjadi 20 palebahan atau bagian bagian yang memiliki fungsi masing-masing. Arsitektur Puri Gde Karangasem mengkuti konsep Sanga Mandala yang merujuk ke pada konsep Tri Mandala. Yakni Nista, Madya, dan Utama Mandala. Halaman luar, tengah dan utama.

Seperti halnya puri puri lainnya di karangasem, detail bangunan Puri Gede, sangat kental dengan pengaruh Belanda dan china. Terbukti dengan banyaknya ornamen-ornamen kedua negara tersebut yang menyatu apik dengan bangunan asli puri. Keramik keramik antik ini misalnya, sangat kental dengan nuansa negeri tirai bambu. Hal ini tentu merupakan perwujudan dari betapa harmonisnya hubungan kerajaan karangasem dengan para pendatang.

Meski telah melewati beberapa masa, sebagian besar bangunan peninggalan Raja Karangasem di Puri Gede Karangasem masih tampak utuh. Seperti Gedong ini. Areal ini, menurut penglingsir puri gede, adalah tempat beristirahatnya raja dan para istri raja karangasem saat itu. Karena dikeramatkan dengan pintu gedong yang tidak boleh sembarangan dibuka, bangunan inipun seolah olah mewakili kehidupan puri di masa lalu. Bahkan tempat pemandian para istri rajapun kondisinya masih tampak baik. Pmugaran tetap dilakukan, namun masih mempertahankan model aslinya.

Selain mempertahankan bentuk puri sebisa mungkin sesuai dengan bentuk aslinya, Puri Gede Karangasem juga menyimpan benda-benda pusaka dari para pendahulu-pendahulu puri tersebut. Tercatat tidak kurang dari 60 keris pusaka tersimpan di puri ini. Termasuk juga ratusan lontar yang merupakan karya-karya sastra tempo dulu

Kini , Puri Gede terus berbenah. Bahkan interaksi sosial dengan masyarakat disekitar puri terus dibina. Bagian nista mandala alias bencingah puri yang dulunya merupakan tempat interaksi masyarakat dengan keluarga puri, kini dijadikan tempat berlatih seni dan budaya. Pihak puri gede karangasem berencana menjadikan Puri sebagai salah satu daya tarik wisata seni dan budaya....

Demikianlah Puri Gede Karangasem..salah satu peninggalan sejarah kehidupan kerajaan di bali di masa lalu. Cermin sebuah peradaban manusia bali. Selengkapnya...

Desa Batu Sangihan, Tabanan - Bali

Dua banjar di Desa Batu Sangihan ,Tabanan yakni Banjar Pande dan Banjar Batusangian ini tergolong unik. Selain bertani, hampir seluruh masyarakatnya bekerja sebagai pandai besi. Ya, mereka adalah keturunan pande besi. Jadi secara turun temurun masyarakatnya memproduksi perkakas semacam pisau, sabit, cangkul, parang dan lain lain melalui proses memande.

Dihari hari biasa, jika kita datang ke 2 banjar ini, telinga kita akan disambut dentingan palu godam yang beradu dengan besi panas bahan bahan perakas tersebut. Setiap rumah yang kita masuki memiliki tempat memande yang mereka sebut prapen. Di prapen inilah Laki laki perempuan tua maupun muda semua mengerjakan hal yang sama.

Lempengan besi baja yang mereka dapat dari pedagang besi bekas terlebih dahulu mereka potong sebelum kemudian dibentuk menjadi perkakas yang diinginkan.

Semakin banyak yang bekerja, maka semakin banyak pula perkakas yang mereka hasilkan. Sehari bila orang yang bekerja hingga 3 orang maka 15 perkakas bisa dibuat. Selanjutnya perkakas ini akan dijual kepada langganan2 mereka. Tidak ada kekhawatiran akan persaingan dengan produk luar yang harganya lebih murah. Karena para pande besi ini yakin akan kualitas pekerjaan mereka yang jauh lebih baik.

Lagi pula, memande bagi masyarakat batu sangihan dan pande bukanlah sekedar pekerjaan. Tetapi sebuah tradisi bagi mereka yang diwariskan secara turun temurun hingga anak cucu. Selengkapnya...

Taman Pujaan Bangsa Margarana, Marga - Tabanan


Terletak di Di Desa Kelaci Kecamatan Marga Tabanan, Monumen Nasional Taman Pujaan Bangsa Margarana ini seolah mengingatkan kita, betapa kerasnya perjuangan meraih dan mempertahankan kemerdekaan bangsa idonesia. Monument seluas sembilan hektar ini di areal bekas terjadinya pertempuran Margarana 20 nopember 1946.

Monumen Nasional Taman Pujaan Bangsa Margarana yang dibangun pada 1954 ini, konsepnya mengikuti konsep Tri Mandala yakni hulu, tengah dan hilir.

Memasuki kawasan Taman Pujaan Bangsa Margarana, kita akan melihat dereten seribu lebih nama-nama pahlawan yang tertulis rapi pada sebuah prasasti pualam. Pahlawan pahlawan inilah yang gugur dalam selama revolusi fisik di Bali.

Sedangkan di bagian hilir terdapat Pelataran Upacara yang diapit 2 buah balai peristirahatan dibagian timur dan barat. Di pelatarannya kita juga akan melihat Patung Panca Bakti yang menggambarkan persatuan dan kesatuan seluruh rakyat dalam perjuangan kemerdekaan.

Dari pelataran upacara dibagian hilir, kita beranjak menuju bagian tengah. Di halaman tengah inilah Candi atau tugu Pahlawan Margarana berdiri megah setinggi 17 meter, dengan atap tumpang 8, serta pondasi persegi 5 yang melambangkan proklamasi RI 17 Agustus 1945.

Pada tugu ini juga terpahat secara berangkai isi surat Jawaban I Gusti Ngurah Rai kepada Belanda. Surat tersebut menggambarkan kebesaran jiwa perjuangan dan patriotisme bangsa Indonesia.

Dibagian hulu atau utara dan timur laut areal taman pujaan bangsa margarana ini terdapat Taman Bahagia. Pada Taman Bahagia terdapat seribu lebih tugu pahlawan yang menunjukkan jumlah pejuang yang gugur di medan laga selama revolusi fisik di Bali. Didalamnya termasuk pula sebuah nisan untuk pahlawan tidak dikenal.

Areal monument Taman pujaan bangsa Margarana juga dilengkapi dengan bangunan Gedung Sejarah. Gedung ini terletak di sebelah Timur Candi Pahlawan Margarana. Gedung ini menyimpan sejumlah benda-benda peninggalan perjuangan kala itu. seperti senjata hasil rampasan dari tentara NICA, alat komunikasi, alat-alat penyamaran, alat-alat medis, dll.

Namun sayanganya kondisi gedung dan benda-benda didalamnya kurang mendapat perhatian. Padahal semua beda benda yang tersimpan dalam gedung ini memiliki nilai sejarah yang sangat penting. Selengkapnya...

Jumat, 28 Agustus 2009

Peternakan Kelinci Anggora - Bedugul, Tabanan


Kawasan wisata alam bedugul memang sangat mempesona. Selain keindahan alam dan kesejukannya, ada satu lagi nieh daya tarik Bedugul. Yakni Kelinci. Rupanya kawasan ini juga cocok untuk pengembangan hewan lucu ini. Dikawasan bedugul ini banyak dijajakan anak-anak kelinci

Nah saya berkesempatan melihat salah satu tempat pengembang biakan kelinci. Letaknya tidak jauh dari pintu masuk kebun raya eka karya bedugul. Disinilah kelinci2 tersebut diternakan. Ada beberapa jenis kelinci disini, dan salah satunya sang sangat menarik perhatian kami adalah Kelinci jenis Anggora. Ciri khas kelinci ini adalah bulu2nya yang lebat nyaris menutupi seluruh tubuhnya.

Ternyata perawatan untuk kelinci2 anggora ini tidak jauh berbeda dengan kelinci kelinci jenis lainnya. Mereka diberi makanan berupa rumput dan sayur2an seperti daun selada, kol, dan lobak. Anehnya, kok saya samasekali tidak melihat wortel dalam menu makanan mereka...jangan-jangan itu hanya mitos, atau kelincinya sudah bosan :)

Hanya saja, disarankan kelinci2 ini jangan sampai terkena air. Kandangnyapun harus selalu dalam keadaan kering. Demikian juga dengan makanannya.

Kelinci adalah hewan yang berkembang biak sepanjang tahun. Saat dikawinkan, kelinci jantan dan betina akan diletakkan dalam satu kandang. Jika sudah dibuahi, barulah mereka dipisahkan. Selanjutnya kelinci betina akan mengandung selama kurang lebih satu bulan. Seekor kelinci dalam skali berkembang biak akan menghasilkan hingga belasan anak. Waah, betapa cepat perkembangannya.

Kelinci-kelinci ini biasanya diperjualbelikan. Seekor anak kelinci anggora bisa dijual hingga 35 ribu rupiah.. Nah bagi ana yang tidak terlalu meyukai anjing atau kucing, kelinci khususnya jenis anggora ini bisa jadi pilihan. Kita juga bisa lho mendadaninya..... Selengkapnya...

Danau Buyan - Pancasari, Buleleng



Perjalanan menuju Danau Buyan, di Desa Pancasari Buleleng, sangat menyenangkan. Terlebih kita juga akan melewati kawasan Wisata Alam Bedugul yang terkenal dengan Kebun Rayanya serta hawa yang sangat sangat sejuk. Kawasan Wisata Alam Bedugul ini, memang terletak diantara Kabupaten Tabanan dan Buleleng. Terdapat tiga Danau di kawasan ini, yakni Danau Beratan, Danau Buyan, dan Danau Tamblingan.

Danau Buyan merupakan salah satu kawasan pelestarian alam di Propinsi Bali yang diperuntukan khusus bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Luasnya sekitar 367 Hektar. Kawasan ini termasuk Danau Tamblingan yang berada tepat disebelah Danau Buyan ditetapkan sebagai kawasan konservasi mengingat potensi alamnya yang menarik serta merupakan daerah resapan dan cadangan air yang sangat penting bagi daerah-daerah di wilayah Propinsi Bali, sehingga perlu dijaga kelestarianya agar dapat memberikan manfaat secara berkelanjutan.

Keindahan Danau Buyan masih sangat alami dan masih asri,hanya sedikit yang disentuh oleh tangan manusia. Ditambah lagi dengan adanya larangan menggunakan perahu bermotor di danau ini. Masyarakat setempat menggunakan perahu-perahu kecil yang disebut "pedahu" untuk memancing.

Dengan udara yang sejuk dikelilingi pegunungan yang serba hijau, suasana udara yang segar memberikan suasana yang tenang dan nyaman. Danau ini sangat ideal untuk olah rekreasi air seperti mendayung dan memancing. Terutama bagi mereka yang menyenangi rekreasi alam, danau ini adalah tempatnya. Apalagi di tengah danau juga dibuatkan gubuk-gubuk bagi para pemancing ini. Praktis, aktifitas didanau buyan tidak pernah sepi.

Danau Buyan juga dilengkapi dengan sejumlah fasilitas yang mendukung untuk wisata alam tersebut. Seperti tempat parkir untuk mobil di tepi danau, penyewaan perahu untuk keperluan memancing ataupun sekedar berekreasi megelilingi danau. Soal akomodasi, tersebar cukup banyak penginapan dikawasan ini. bagaimana menurut anda? Tertarik untuk mengunjungi danau ini? Siapa pun boleh mengunjungi danau ini asal tidak ada niat buruk.Dan semoga danau ini tetap terjaga kelestarianya sampai kapanpun hingga kelak anak cucu kita dapat menikmati keindahannya....Menarik bukan? Selengkapnya...

Air Panas Angsri - Baturiti, Tabanan

Air Panas Angsri adalah salah satu dari beberapa pemandian air panas yang dimiliki kabupaten Tabanan. Letaknya ditengah2 perbukitan dan persawahan di desa Angseri Kecamatan Baturiti tabanan. Sekitar 1 jam perjalanan dari Denpasar. Jika anda pernah ke Bedugul, anda aka lewat jalan yang sama. Denpasar – Mengwi-Baturiti, itulah jalurnya.

Kondisi alam dikawasan air panas angseri masih asri dan alami. Pohon bambu masih rimbun. Kita masih harus berjalan melewati jalan setapak untuk mencapai air panas. Jalan setapak ini bagus dan nyaman untuk dilalui. Pemandangannya juga asyik, di kanan ada jurang dan lembah, dihiasi bunga dan berbagai tanaman plihan. Terdapat pula persawahawan dan sungai kecil.

Terdapat 2 buah kolam besar ditambah dengan 6 pemandian private disini. Namun sebelumnya anda harus membayar tiket masuk yakni 3 ribu rupiah setiap orang. Suhu air di air panas angsri khususnya di kolam private, berkisar 30 hingga 46 derajat celcius. Karena panasnya lumayan tinggi, maka pihak pengelola menyarankan para pengujung untuk berendam maksimal 30 menit.

Air panas angsri ini juga diyakini berkhasiat menyembuhkan sejumlah penyakit, khususnya penyakit kulit. Ini karena air panas ini mengandung belerang. Terdapat pula sebuah kolam yang dikhususkan untuk pengobatan. Katanya sih, sudah banyak orang yang berangsur-angsur sembuh setelah beberapa kali mandi ditempat ini. (percaya ga percaya :P)

Selain pemandian, kawasan air panas angsri juga dikelilingi beberapa Pura luhur. Sepanjang perjalanan mendekati air panas ini tak kurang dari 5 pura luhur pucak yang kami temui. Diantaranya, Pura Luhur Pucak Tinggah, dan Pura Luhur Pucak Asah. Sungguh sebuah tempat yang sangat cocok untuk berwisata alam dan rohani. Selengkapnya...

Air Terjun Nungnung - Plaga, Bali


Satu lagi keindahan alam yang wajib kita nikmati saat datang ke Desa Plaga, yakni air terjun Nungnung. Seperti namanya, Air terjun ini terletak di daerah Nungnung, desa Plaga kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Untuk mencapainya, kita akan menempuh jarak 41 km kearah utara kota denpasar. Perjalanan dijamin tidak akan membosankan karena pemandangan yg sangat indah berupa sawah dan perbukitan. Apalagi, hawa di Desa Plaga juga lumayan sejuk.

Untuk mencapai loksi Air Terjun Nungnung, kita harus menyiapkan tenaga ekstra. Kurang lebih 600 anak tangga harus kita lewati. Bahkan dibeberapa bagian kemiringannya mencapai 75 derajat. Wah…belum lagi musim hujan, tangga2 ini pastilah akan licin. Tapi pemandangan sepanjang menuruni anak tangga ini sangat indah. Dan bila terasa lelah, kita juga bisa beristirahat di Gazebo2 disepanjang perjalanan ini. Satu lagi, semua flora dan fauna diareal Air Terjun Nungnung ini dilindungi. Jangan harap deh bisa nembak burung atau berburu tanaman langka direal ini :)

Setelah menuruni ratusan anak tangga, suara air terjun mulai terdengar. Udarapun terasa kian sejuk. Ada dua air terjun di aral ini. Air terjun pertama tidak terlalu besar, tapi cukup indah. Kurang lebih beberapa meter dari air terjun pertama, tibalah kita di air terjun kedua. air terjun kedua inilah yang menjadi daya tarik utama kawasan wisata ini. Tingginya mencapai 50 meter lebih. Serta dikelilingi tebing. Semuanya masih alami. Bahkan saking alaminya, tidak ada (mungkin belum :p ) tempat khusus bagi para wisatawan untuk sekedar mandi atau mendekat kearah air tejun, kecuali kalau mau nekat berbasah-basahan.

Air terjun Nungnung ini dikelola oleh desa setempat, utamanya para pemilik lahan. Mereka mengenakan biaya masuk 3 ribu rupiah bagi setiap wisatawan yang datang. Selain itu dipekerjakan pula beberapa penduduk untuk melakukan perawatan rutin, seperti membersihkan areal ini dari sampah plastik. Kunjungan wisatawan meski tidak terlalu banyak, namun nyaris setiap hari ada saja yang datang ketempat ini.

Sayangnya, keindahan kawasan air terjun Nungnung, sedikit terusik dengan banyaknya ulah-ulah tangan jahil. Hampir di setiap gazebo di sepanjang jalan menuju air terjun, kami menjumpai coretan-coretan tangan para pengunjung nakal. Sayang banget. Padahal Air Terjun Nungnung adalah salah satu aset pariwisata yang sangat berharga....kalau bukan kita yang menjaganya, siapa lagi?? Selengkapnya...